Jumat, 23 Oktober 2015

Jarak ini ...

"Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati
...
Jarak dan waktu takkan berarti
Karena kau akan selalu di hati
Bagai detak jantung yang kubawa kemanapun kupergi"

(RAN - Dekat di Hati)

Tentang jarak dan waktu . . .
Aku di sini dan kau di sana. Kita berada pada kiblat yang sama. Kita jauh di mata namun dekat di doa. 
Semoga jarak yang memisahkan kita membawa berkah tersendiri untuk kita berdua.
Biarlah orang lain mengatakan sesuka mereka tentang kita. Biarkan mereka bersama fantasinya. Karena tetap kita lah yang merasa.
Saat ini kita memang dipisahkan oleh jarak dan waktu. Ratusan kilometer memisahkan kita.
Maka biarkan aku berdamai dengan jarak dan waktu ini.
Aku percaya jarak ini bukan untuk menjauhkan kita.
Jarak ini bukan hukuman untuk kita.
Aku percaya jarak ini untuk menjaga kita.
Aku percaya akan ada waktu untuk kita berjumpa.
Biarlah saat ini ratusan kilometer memisahkan kita.
Biarkan aku bersahabat dengan jarak ini
Biarkan aku bersahabat dengan waktu ini

Jarak, waktu, sibukmu, rutinitasku ...
Semoga masih ada celah untuk kita sekedar bertegursapa dan bercanda.
Aku percaya kamu disana untuk hal mulia
Biarkan aku di sini bersama rutinitasku menanti saat kita akan berjumpa
Biarkan aku mendoakanmu
Karena itulah caraku ketika kumerindumu
Caraku memelukmu yang jauh di sana.


Rabu, 21 Oktober 2015

Kini Rasa itu Memiliki Nama .

Ketika telinga ini rindu merdunya nyanyian jari yang beradu dengan keyboard si laptop tua.
Biarkan jemari ini menyalurkan hasratnya tuk hanya mengobati rindu yang kian medalam. Mencoba menemukan kembali jiwanya yang hampir hilang. 

Sebuah #LatePost

Sebuah rasa yang dulunya hadir tanpa nama, kini telah mengukuhkan namanya.
Nama yang akan selalu terkenang dalam jiwa, yang akan membuka jalan untuk kedepannya.
Tiada orang tahu apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Semua telah diatur oleh-Nya, Sang Pencipta.
Dan aku percaya settingan-Nya lebih indah dari apa yang coba dibuat manusia. Melebihi asa yang hanya ada dalam pikiran manusia.
Manusia boleh berencana, tapi Sang Pencipta lah yang punya hasil akhirnya.
Lantas apakah manusia hanya harus berencana saja? tentu saja tidak! Manusia harus tetap dengan usahanya. Berusaha dengan sebaiknya untuk hasil terbaik yang ingin ia terima.

Dan rasa yang telah bernama ini akan selalu kujaga dalam jiwa, memupuknya agar tetap memesona, merekah bunganya, mengokohkan jiwa yang akan selalu berlindung pada-Nya, selalu berharap ridho-NYa. dan semoga indahnya rasa yang telah bernama ini mengokohkan ikatan antara aku dan kamu, yang semoga akan segera menjadi kita.
Ya. Rasa yang telah bernama itu adalah kamu.

Dan pada akhirnya,
sangat mudah mengobati telinga yang merindu suara jemari yang beradu dengan keyboard.
Tapi...
Bagaimana bila telinga ini merindu hadirnya suaramu ?
Dan...
Bagaimana pula bila mata ini merindu akan hadirnya dirimu ?
Tapi lebih dari itu semua,
Bagaimana bila hati ini merindukan hatimu yang merinduku ?

Selasa, 23 Desember 2014

Sebuah Rasa Tanpa Nama

Sudah terlalu banyak drama kehidupan yang dipaparkan di depan mata saya
Sudah terlalu lelah hati ini untuk merasa
Terkadang terlintas sebuah rasa
Untuk menjadi hanya seonggok daging yang punya nama
Tapi saya tahu bukan untuk itu kita ada
Bukan tanpa alasan kita diciptakan untuk merasa
Yang saya butuhkan hanya asa
Asa untuk menjadi saya apa adanya
Tentang sebuah rasa yang hadir tanpa nama
Tentang sebuah rasa yang ingin saya tanyakan
Namun penuh ketakutan akan hadirnya sang jawaban
Boleh saya punya satu permintaan?
Jika jawaban itu menyakitkan
Angkatlah rasa sakitnya perlahan, Tuhan
Karena aku tahu aku takkan sanggup kesakitan
Apalagi menghadapi siksaan.